Minggu, 23 Oktober 2011

TUGAS SIM I


PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI

  1. Pengertian Telekomunikasi
Telekomunikasi adalah teknik pengiriman atau penyampaian infomasi, dari suatu tempat ke tempat lain. Dalam kaitannya dengan Telekomunikasi bentuk komunikasi jarak jauh dapat dibedakan atas tiga :
  1. Komunikasi satu arah (simplex), dalam komunikasi satu arah (simplex) pengirim dan penerima informasi tidak dapat menjalin komunikasi yang berkesinambungan melalui media yang sama, contoh : pager, televisi, dan radio.
  2. Komunikasi dua arah (duplex), dalam komunikasi dua arah (duplex) pengirim dan penerima informasi dapat menjalin komunikasi yang berkesinambungan melalui media yang sama, contoh : telepon dan VOIP.
  3. Komunikasi semi dua arah (half duplex), dalam komunikasi semi dua arah (half duplex) pengirim dan penerima informsi berkomunikasi secara bergantian namun tetap berkesinambungan, contoh : Handy Talkie, FAX, dan Chat Room

  1. Komponen Dasar Telekomunikasi
Untuk bisa melakukan telekomunikasi, ada beberapa komponen untuk mendukungnya yaitu :
  1. Informasi : merupakan data yang dikirim atau diterima seperti suara, gambar, file, dan tulisan.
  2. Pengirim : merubah informasi menjadi sinyal listrik yang siap dikirim.
  3. Media transmisi : alat yang berfungsi mengirimkan dari pengirim kepada penerima, karena dalam jarak jauh, maka sinyal pengirim diubah lagi atau dimodulasi agar dapat terkirim jarak jauh.
  4. Penerima : menerima sinyal listrik dan merubah kedalam informasi yang bisa dipahami oleh manusia sesuai yang dikirimkan.

  1. Konsep Dasar Telekomunikasi
Konsep dasar telekomunika, yaitu sebagai berikut :
  1. One Way System : dimana kedua belah pihak salah satu dapat saling berbicara atau mendengar, contoh : baby alarm.
  2. Two Way System : dimana kedua belah pihak dapat saling berbicara dan mendengar, contoh : intercom.
Cara Kerja : Suara diubah menjadi sinyal listrik oleh micropon, sinyal-sinyal ini disalurkan melalui kabel, diperkuat oleh amplifier dan diubah kembali menjadi suara yang dipancarkan oleh loudspeaker.

  1. Jaringan Telekomunikasi
Jaringan telekomunikasi terdiri dari bermacam-macam bentuk tergantung dari :
  1. Terminalnya
  2. Macam informasinya
Jaringan telekomunikasi terbesar didunia adalah Telepon, karena memerlukan banyak switching dan terminal.
Bentuk dasar dari jaringan telekomunikasi :
  1. Jaringan mata jala
  2. Jaringan bintang
  1. Jaringan Mata Jala
Terbagi atas dua jenis :
  1. Jaringan sebuah mata jala (single mesh network) : suatu bentuk jaringan dimana jumlah salurannya diantara terminal dikurangi seminimal mungkin, hingga menjadi satu mata jala saja. Jumlah seluruh saluran pada jaringan bentuk ini :
s  Jaringan mata jala penuh (fully mesh network) : setiap terminal disambungkan langsung dengan terminal lainnya, jumlah seluruh saluran pada jaringan bentuk ini : b = ½ n (n – 1).
  1. Jaringan Bintang
Jaringan bintang (star network) : disini jumlah saluran berkurang menjadi sama dengan : b = n – 1
Sistem telekomunikasi dibatasi kemampuannya oleh :
  1. Power dari signal yang tersedia
  2. Latar belakang noise yang tidak dapat dielakkan
  3. Keharusan membatasi bandwidth

  1. Peranan Perusahaan Telekomunikasi
Penyelenggaraan telekomunikasi memiliki makna penting dalam upaya memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, memperlancar kegiatan pemerintah, mendukung terwujudnya tujuan pemerintah, pembangunan dan hasil-hasilnya serta meningkatkan hubungan antar bangsa. Dengan kata lain telekomunikasi mempunyai peranan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, maka dari itu tujuan dari penyelenggaraan telekomunikasi antara lain untuk mendukung persatuan dan kesatuan bangsa, meningkatkan kesejahteran dan kemakmuran rakyat secara adil dan merata, dan mendukung kehidupan ekonomi serta kegiatan pemerintah serta meningkatkan kehidupan atas bangsa ini.
Oleh karena itu telekomunikasi harus diselenggarkan berdasarkan asas, manfaat adil dan merata, adanya kepastian hukum, keamanan, etika, dan kepercayaan pada diri sendiri.
Berkaitan dengan uraian tersebut di atas, maka yang menjadi permasalahan pokok saat ini adalah sejauh mana peranan telekomonikasi khususnya peranana PT Telkom dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dalam kontesk negara Indonesia. Beranjak dari permasalahan tersebut di atas, maka dapat disepakati terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dengan telekomunikasi adalah setiap pemancar, pengiriman, dan atau penerimaan dari setiap informasi dalam bentuk tanda, isyarat, tulisan,gamabar, suara dan bunyi melalui sistem kawat, optik, radio atau sistem elektromagnetik lainnya.
Penyelenggaraan telekomunikasi dapat diklasifikasikan kepada tiga jenis yaitu : penyelengaraan jaringan telekomunikasi, penyelenggaraan jasa telekomunikasi dan penyelenggaraan telekomunikasi khusus. Penyelenggraaan telekomunikasi jaringan telekomunikasi dan jasa telekomunikasi dapat dilaksanakan oleh BUMN, BUMD, Usaha Swasta dan Koperasi, sedangkan penyelenggraaan telekomunikasi khusus dapat dilakukan oleh perseorangan, instansi pemerintah, badan hukum selain penyelenggaraan jaringan telekomunikasi atau penyelenggraan jasa telekomunikasi.

  1. Perkembangan Sistem Telekomunikasi
Sejak ditemukan telephone oleh Graham Bell, telekomunikasi telah berkembang pesat, bahkan bisa jadi tercepat diantara sistem lain. Terutama setelah ditemukan transistor, Integrated Circuit (IC), sistem prosesor, dan sistem penyimpanan. Masalah-masalah yang timbul pada telekomunikasi adalah :
  1. Masalah terminal
  2. Masalah transmisi
  3. Bagaimana menyambungkan terminal-terminal tersebut dan bagaimana mengontrol atau mengendalikan penyambungan dari terminal-terminal tersebut.
Sebelum tahun 1940 penelitian mengenai telegrafi dilakukan oleh Nyquist dan Hartley, setelah Perang Dunia II dilakukan oleh :
  1. Nobert Wiener (1949). Telah mengembangkan konsep baru yang sampai sekarang masih tetap dipakai. Wiener meneliti dengan cara : Jika diketahui suatu signal kemudian ditambahkan dengan noise yang ada, lalu bagaimanakah kita memperkirakan keadaan signal tersebut pada waktu sebelum dan sesudah diterima.
    Penelitian ini dilakukan pada ujung penerima saja, teori ini disebut sebagai “Detection Theory”.
  2. Claude Shannon (1948). Bekerja sesuai dengan prinsip dari komunikasi, dimana signal processing dapat terjadi baik pada penerima maupun pada pengirim.
    Shannon meneliti dengan cara : Jika diketahui suatu berita, lalu diteliti bagaimana berita tersebut dapat terwakilkan sedemikian rupa sehingga dapat membawa informasi melalui suatu sistem yang diberikan dengan keterbatasan-keterbatasannya.
    Dengan cara ini yang dipentingkan bukan signalnya, melainkan informasinya yang penuh.

  1. Persaingan Telekomunikasi
Industri telepon seluler mengalami perkembangan yang pesat dalam dua dekade terakhir ini, baik di negara maju ataupun sedang berkembang. Di Indonesia pun telepon seluler telah mengubah peta industri telekomunikasi secara radikal, dimana telepon yang dulunya merupakan barang mewah, sehingga hanya kelompok tertentu yang bisa menikmatinya, sekarang dengan mudah mendapatkannya, baik dalam sarana telekomunikasi fixedline wireline ataupun fixedline wireless serta seluler. Semua lapisan masyarakat memiliki akses untuk dapat menggunakan sarana telekomunikasi untuk berbagai keperluan, baik untuk urusan bisnis, keluarga, ataupun keperluan lainnya.
Demikian juga semua lapisan masyarakat dari lapisan elit sampai pembantu rumah tangga dari kota besar ataupun pelosok-pelosok di seluruh Indonesia dapat mengakses sarana telekomunikasi yang ada. Apalagi program universal service obligation (USO) sudah menjadi program pemerintah dalam beberapa tahun terakhir ini, sehingga pelayanan jasa telekomunikasi dibawa ke daerah-daerah terisolir, meskipun hasilnya masih belum memuaskan.
tabel1
Akhir-akhir ini kita melihat persaingan yang semakin ketat antar operator dalam menarik konsumen supaya tertarik untuk menggunakan produknya, khususnya untuk fixedline wireless ataupun seluler. Bahkan dalam beberapa media kita saksikan perang harga untuk menarik pelanggan dilakukan oleh berbagai operator, sampai-sampai ada yang menawarkan sms gratis ataupun percakapan gratis guna menarik konsumen, sehingga masyarakat ataupun konsumen pun yang mulai cerdas juga banyak memanfaatkan perang harga tersebut untuk mendapatkan harga termurah dengan sering berganti operator ataupun memiliki beberapa jasa pelayanan dari beberapa operator.
Oleh karena itu pasar telepon seluler di Indonesia diperkirakan memiliki tingkat perputaran pelanggan bulanan tertinggi di dunia, pelanggan telepon seluler di Indonesia begitu mudah untuk berganti nomor telepon ke operator lain. Hal ini tidak terlepas dari persaingan antar operator telekomunikasi di Indonesia, angka perputaran pelanggan telepon seluler di Indonesia diperkirakan mencapai 8,6 persen dalam sebulan. Sementara angka perputaran pelanggan di India mencapai 4 persen per bulan, Malaysia 3,7 persen per bulan, Philipina 3,1 persen per bulan, Thailand 2,9 persen per bulan, Cina 2,7 persen per bulan, dan Bangladesh 2,1 persen per bulan (Tempo, 2007).
Bahkan perangkat hardwarenya pun juga memanjakan konsumen dengan diproduksinya telepon yang dapat digunakan sekaligus untuk GSM and CDMA dalam satu handset. Jelas bahwa masyarakat secara umum diuntungkan dengan perkembangan tersebut sehingga pemakaian jasa pelayanan dari percakapan, sms, internet, bahkan 3G juga semakin meningkat, memenuhi kebutuhan layanan komunikasi masyarakat yang semakin berkembang. Oleh karena itu tidak mengherankan jika tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto dari sub sektor Telekomunikasi dalam beberapa tahun terakhir ini selalu pada tingkat dua digit, jauh lebih tinggi dari laju pertumbuhan ekonomi.
Perkembangan yang pesat pada industri telekomunikasi akhir-akhir ini terutama didorong oleh pekembangan yang pesat dari pasar seluler. Dimana sejak awal perkembangannya produk seluler berbeda dengan telepon tetap dengan jaringan kabel yang dimonopoli oleh PT Telkom. Sementara telepon seluler sejak awal sudah tidak ada hambatan masuk pasar bagi operator yang berminat dalam bisnis ini, sehingga persaingan antar operator dalam pasar ini cukup sengit. Bahkan akhir-akhir ini sudah menjurus pada perang harga, dalam penjelasan berikut akan kita lihat betapa perkembangan pasar seluler yang pesat juga diikuti dengan persaingan yang semakin ketat antar operator, sehingga pelayanan yang ada di pasar juga semakin beragam dengan berbagai fitur yang semakin menarik, jangkauan yang semakin luas, dan harga yang semakin murah, sehingga manfaat yang diterima oleh masyarakat dengan semakin berkembangnya pasar seluler dapat dirasakan oleh masyarakat umum.
Dalam uraian berikut akan disampaikan kondisi pasar seluler dilihat dari structure, conduct dan perfomancenya. Untuk itu penjelasan berikut akan banyak menggunakan hasil studi “Restructuring the Telecommunications Industry : An Assessment on Industry Structure after Duopoly in Indonesia” tahun 2007 yang dilakukan oleh Nathan Associates Inc. Arlington, Virginia, USA bekerja sama dengan PT. Abdi Tama Mitra (Atmitra), Jakarta Indonesia yang didanai BAPPENAS melalui Kantor Menko Perekonomian dan “Private Provision of Infrastucture Technical Assistance” (PPITA) IBRD Loan No. 4696-IND.

  1. Struktur Industri Perusahaan Telekomunikasi
Seperti kita ketahui bahwa struktur pasar yang biasanya dilihat dari jumlah pelaku dan pangsa pasarnya akan menentukan market conduct atau perilaku perusahaan, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Biasanya semakin bertambahnya jumlah penjual maka persaingan akan meningkat, sehingga keuntungan akan menurun. Sementara itu, derajat dari diferensiasi produk, pengetahuan penjual dan pembeli mengenai produknya serta adanya hambatan untuk masuk pasar juga mempengaruhi kekuatan penjual di pasar. Meskipun demikian biasanya dalam literatur sering digunakan Concentration Ratio (CR) dan Herfindahl Hirschman Index (HHI) untuk mengukur derajat konsentrasi pasar.
Undang-undang RI no.36/1999 tentang Telekomunikasi memberikan pondasi bagi kompetisi pasar telekomunikasi di Indonesia, meskipun belum merubah posisi dominan PT Telkom untuk penyelenggaraan jasa telepon tetap, baik untuk domestik maupun SLJJ sampai sekarang. Namun demikian sampai saat ini ada tiga operator yang melayani jasa telepon tetap, tetapi hanya PT Telkom yang dapat melayani seluruh wilayah Indonesia. PT Indosat (“Star One”) hanya beroperasi di Jakarta dan sekitarnya, Surabaya dan sekitarnya, dan wilayah Joglosemar (Jogjakarta, Solo dan Semarang). Sementara pendatang baru seperti PT. Bakrie Telecom, yang menyediakan layanan jasa telepon tetap nirkabel memiliki pangsa pasar yang kecil dan terbatas (layanan daerah Jakarta, Banten dan sekitarnya, namun telah memiliki lisensi FWA untuk seluruh Indonesia pada akhir 2006) meskipun sangat agresif dalam memasarkan produknya, sehingga dapat dikatakan bahwa kompetisi antara operator telepon tetap terbatas di daerah padat penduduk.
Sementara itu kompetisi di telepon selular telah terjadi lebih intensif, dimana PT Telkomsel dan PT. Indosat memiliki cakupan nasional, sedangkan Exelcomindo memiliki cakupan hampir di seluruh wilayah kecuali Maluku, dan Fren dari Mobile-8 hanya terdapat di pulau Jawa, Madura dan Bali. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kompetisi antara operator seluler secara praktis terjadi hanya pada 3 operator. Bahkan, PT Telkomsel menguasai 59,6% pasar, yang berarti merupakan pemain dominan di pasar. Rasio konsentrasi tiga perusahaan besar tersebut (CR3) adalah 0,989 dan Indeks Herfindahl adalah 4450 pada tahun 2005, yang mengindikasikan struktur pasar oligopoli yang sangat ketat.

tabel2

Dengan melihat data-data sebelumnya nampak bahwa konsentrasi pasar pada industri telekomunikasi masih tinggi, namun hal tersebut dapat di mengerti sebab liberalisasi industri telekomunikasi yang dilakukan sejak tahun 2002 belum mampu mengubah struktur pasar secara drastik dengan cepat. Namun demikian liberalisasi industri telekomunikasi telah mendorong masuknya lebih banyak operator, sehingga persaingan antar operator dalam menarik pelanggan juga semakin ketat. Secara umum dapat dikatakan bahwa liberalisasi pasar telekomunikasi Indonesia telah membawa dampak yang besar pada industri telekomunikasi sehingga masyarakat luas diuntungkan dengan semakin banyaknya operator yang masuk pasar dan beragamnya jasa telekomunikasi yang ditawarkan di pasar dengan kualitas yang lebih baik dan harga lebih terjangkau meskipun sampai saat ini incumbent masih memiliki posisi dominan di pasar (Nathan & Atmitra).
Hingga saat ini di Indonesia telah hadir 10 operator yaitu Telkom, Telkomsel, Indosat, Excelcomindo (XL), Hutchison (3), Sinar Mas Telecom, Sampoerna Telecommunication, Bakrie Telecom (Esia), Mobile-8 (Fren), dan Natrindo Telepon Selular (sebelumnya Lippo Telecom). Dari jumlah ini, pelanggan fixed phone sekitar 9 juta dan pelanggan selular 64 juta pada tahun 2006. Jika dibagi berdasarkan platform yang digunakan, pemakai GSM selular sebanyak 88%, CDMA selular 3%, dan CDMA fixed wireless access (FWA) 9%. Namun dari sepuluh operator itu hanya 3 operator yang memiliki pangsa pasar lebih dari 5% yaitu Telkomsel, Indosat dan Excelcomindo. Hal ini menyebabkan tingkat persaingan antar operator di Indonesia mengalami peningkatan dan para pelanggan telepon seluler juga menikmati manfaat dari persaingan tersebut.
tabel3
  1. Perilaku Pasar Perusahaan Telekomunikasi
Seperti kita ketahui bahwa struktur pasar biasanya akan mempengaruhi perilaku pelaku pasar. Ada beberapa indikator perilaku pasar yang sering digunakan selama ini, antara lain penetapan harga, jumlah produk yang dijual, investasi, iklan, reaksi terhadap inisiatif pesaing, penerapan teknologi baru dan inovasi.
Dimana semakin tingginya persaingan karena semakin banyaknya pelaku usaha seperti dalam industri telekomunikasi mengakibatkan meningkatnya kegiatan periklanan, penurunan harga, dan munculnya berbagai ragam layanan yang ditawarkan operator, sehingga pengguna menikmati rendahnya harga, kualitas layanan yang lebih baik, dan beragam pilihan jasa. Tabel 4 dan Tabel 5 menunjukkan tarif jasa telepon dasar yang makin kompetitif untuk panggilan sesama pelanggan dari operator yang sama (on-net), ataupun operator lain (off-net), untuk telepon tetap maupun telepon bergerak selama jam sibuk (peak time).
tabel4

tabel5

Dari Tabel 4 dan Tabel 5 dapat dilihat bahwa PT Bakrie Telecom (Esia) adalah operator yang menerapkan harga murah (Rp.50 per menit antar pelanggan on-net), dan Rp.800.- per menit untuk panggilan ke pelanggan off-net. Sedangkan untuk telepon bergerak, PT Mobile-8 (Fren) tarifnya Rp.275 untuk menit pertama dan Rp.14 untuk tiap menit berikutnya untuk on-net, dan Rp.800 per menit untuk panggilan off-net. Jelas dapat dilihat bahwa kedua operator tersebut menggunakan strategi tarif murah untuk menyaingi pesaingnya. Jadi dapat dilihat bahwa new comer menggunakan tarif rendah untuk penetrasi pasar. Demikian juga pemain lama (incumbent) juga tidak mau kalah, mereka juga menerapkan hal yang sama. Sehingga perang harga antar operator tak terelakkan (Nathan & Atmitra).
Pelaku dalam industri telekomunikasi tidak banyak sebagaimana halnya dalam struktur pasar yang bersaing sempurna (perfect competition), yang didalam praktek struktur pasar persaingan sempurna jarang ditemui. Struktur pasar oligopoli adalah ciri dari industri telekomunikasi di seluruh dunia, namun demikian pasar oligopoli tidak dengan sendirinya diikuti oleh persekongkolan horisontal dalam bentuk kartel misalnya. Fakta di Indonesia menunjukkan bahwa katel dalam bentuk price fixing atau market division tidak terjadi, justru perang harga (price war) yang disertai dengan berbagai bentuk persaingan non-harga (non-price competition).
 
  1. Kinerja Perusahaan Telekomunikasi
Kinerja dari industri telekomunikasi dapat dilihat dari berbagai aspek, meski demikian dalam tulisan ini akan dilihat dari sisi output yang dihasilkan, ARPU dan profitabilitasnya. Dari sisi output jelas bahwa semakin banyaknya operator dan juga semakin baiknya pelayanan serta semakin murahnya tarif dan portabel nya handset telah membuat jumlah pelanggan seluler juga meningkat pesat. Ini tentu saja menguntungkan masyarakat luas sebagai pengguna jasa layanan seluler, demikian juga dilihat dari luasnya jangkauan layanan seluler yang sudah meliputi seluruh Indonesia (menurut klaim dari operator) jelas menguntungkan pelanggan. Lihat uraian sebelumnya.
gambar1
Untuk mengetahui kinerja industri telekomunikasi selain dilihat dari sisi kepentingan masyarakat seperti perubahan harga, perubahan layanan, dan cakupan jaringan juga perlu dilihat dari sisi keuangannya atau tingkat profitabilitas. Dari data Return on Asset (ROA) operator di pasar dapat dilihat bahwa banyak operator turun ROA nya pada tahun 2005. PT Excelcomindo yang turunnya terbesar, dari 10,2% di tahun 2004 menjadi 6,1% untuk tahun 2005. Sementara itu PT Telkomsel cukup dinamis, ROA nya meski turun pada tahun 2004, pada tahun 2005 meningkat lagi.
Demikian ROA PT Telkom juga meningkat pada tahun 2005 meski lebih rendah dari tahun 2002. Perkembangan ini menunjukkan dinamisnya pergerakkan biaya dan pendapatan jangka pendek, dibandingkan dengan potensi keuntungan jangka panjang (Nathan & Atmitra).

tabel10
Perkembangan ROE tidak banyak berbeda dengan kondisi ROA. Dimana ROE PT Excelcomindo turun sangat tajam dari 63,4% pada tahun 2004 menjadi 15,7% di tahun 2005, meskipun masih lebih tinggi dari PT Indosat dan PT Bakrie Telecom. Sementara itu PT Telkomsel masih saja bagus ROE nya, 48% pada tahun 2004, menjadi 51% pada tahun 2005. Pada saat yang sama ROE PT Telkom turun dari 30,3% di tahun 2004 menjadi 24,3% pada tahun 2005. Pendatang baru PT Bakrie Telecom mencatat peningkatan ROE dari ?1.32% (2004) dan ?0.13% (2005). Secara umum dapat dilihat adanya trend penurunan ROE yang merefleksikan adanya peningkatan kompetisi.

tabel11

  1. Kesimpulan
Liberalisasi industri telekomunikasi di Indonesia yang dimulai dengan penerbitan Undang-undang Telekomunikasi Nomer 36 tahun 1999 telah membuka babak baru bagi perkembangan industri telekomunikasi. Apalagi sejak 2002 pemerintah sudah membuka lebar masuknya operator baru dalam pasar telekomunikasi di Indonesia untuk mengatasi masalah rendahnya teledensiti selama ini yang banyak tergantung hanya pada PT Telkomsel dan PT Indosat sebagai operator yang merupakan perusahaan milik negara, hingga kini pemerintah merupakan pemegang saham mayoritas dan pengendali di kedua perusahaan tersebut, khususnya dalam menentukan arah kebijakan perusahaan maupun dalam rencana ekspansi.
Karena itu pemerintah memegang fungsi strategis dalam mendorong ekspansi yang lebih dinamis dimasa mendatang, disadari bahwa keterbatasan dana untuk ekspansi ataupun investasi menyebabkan infrastruktur telekomunikasi kurang berkembang dibandingkan potensi dan kebutuhan masyarakat. Apalagi hingga sekarang pun masih sekitar 60% desa di Indonesia belum dilayani oleh telepon, karena itu disarankan agar pemerintah mengundang lebih banyak masuknya operator baru dengan harapan dapat mengatasi masalah tersebut guna memenuhi kebutuhan masyarakat akan layanan telekomunikasi yang lebih luas.
Meskipun demikian mengingat geografis dan jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar dan belum terlayani, ini merupakan daya tarik bagi operator baru masuk ke pasar baik untuk fixedline wireless dan seluler, dimana antar operator dengan berbagai platform pada umumnya menggunakan harga murah untuk menarik konsumen. Sehingga akhirnya perang harga tak terelakkan lagi. Dapat dilihat secara kasat mata dari berbagai iklan yang dipasang di berbagai media massa, bahkan banyak juga diantara kita yang juga memanfaatkannya.
Masuknya operator baru, persaingan yang ketat membuat macam layanan yang ditawarkan juga semakin beragam, jumlah pelanggan juga meningkat pesat, harga juga semakin terjangkau, dan kualitas pelayanan semakin meningkat khususnya untuk seluler. Sehingga tentu saja secara umum masyarakat diuntungkan dengan perkembangan baru tersebut baik karena harga yang terus-menerus turun dan pelayanan yang bersaing antara satu operator dengan operator lain. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun struktur pasar telekomunikasi Indonesia adalah oligopoli ketat namun perang harga diantara operator dapat terjadi, nampaknya kekhawatir adanya persekongkolan pada industri ini tidak kelihatan di pasar.


Referensi :
  1. http://persaingantelekomunikasi.wordpress.com/2009/04/27/persaingan-pada-industri-telepon-selular-di-indonesia/
  2. http://www.kamal.freejoomlas.com/index.php?option=com_content&task=view&id=17&Itemid=32
  3. http://one.indoskripsi.com/node/1774
  4. http://www.isekolah.org/cerita_view.php3?idx_cerita=35



https://stats.wordpress.com/b.gif?v=anonymous_usage3&c=cyMve05EQ0hOc34zVy1KLjZVeSw8P0lWNVh+eCZsKF12MzZVPFR1fTU0bmwqUkEoUEhSczIzcyxPWCVnSX0sR0QrYi1rcTVVJDV6SUY3
http://b.scorecardresearch.com/p?cj=1c1=2&c2=7518284

Tidak ada komentar:

Posting Komentar