PERAN
ETIKA BISNIS
A. Latar Belakang Etika Bisnis
Etika bisnis mulai
ramai dibicarakan seputar tahun 80-an ketika dunia bisnis internasional terjadi
penyimpangan yang melibatkan para pelaku bisnis di perusahaan kelas dunia.
Salah satu kasus yang menghebohkan adalah skandal Lockheed. Kejadian yang
memalukan ini mendorong para pakar psikologi, sosiologi, filsafat dan menajemen
bisnis untuk mengkaji dan memperbaiki citra dunia bisnis. Bisnis bukan
semata-mata berorientasi mengumpulkan materi dan keuntungan finansial,
melainkan juga harus memerhatikan etika dan moralitas.
Pada kenyataannya,
pelanggaran etika bisnis masih sering dijumpai di Indonesia. Praktik bisnis
yang terjadi selama ini dinilai masih cenderung mengabaikan etika, rasa
keadilan dan kerapkali diwarnai praktik-praktik tidak terpuji atau moral
hazard. Pelanggaran etika yang sering dilakukan oleh pihak swasta, menurut
ketua KPK, Taufiequrachman Ruki, adalah penyuapan dan pemerasan. Berdasarkan
data Bank Dunia, setiap tahun di seluruh dunia sebanyak US$ 1 triliun (sekitar
Rp 9.000 triliun) habis diperuntukkan sebagai uang pelicin alias suap. Dana itu
diyakini telah meningkatkan biaya operasional perusahaan.
(Koran Tempo - 05/08/2006)
Di bidang keuangan, banyak perusahaan-perusahaan yang melakukan pelanggaran
etika. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Erni Rusyani, terungkap bahwa
hampir 61.9% dari 21 perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEJ tidak
lengkap dalam menyampaikan laporan keuangannya (not avaliable). Pelanggaran
etika perusahaan terhadap pelanggannya di Indonesia merupakan fenomena yang
sudah sering terjadi.
Contohnya adalah kasus
Ajinomoto. Kehalalan Ajinomoto dipersoalkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada
akhir Desember 2000 setelah ditemukan bahwa pengembangan bakteri untuk proses
fermentasi tetes tebu (molase), mengandung bactosoytone (nutrisi untuk
pertumbuhan bakteri), yang merupakan hasil hidrolisa enzim kedelai terhadap
biokatalisator porcine yang berasal dari pankreas babi.
Kasus lainnya, adalah
produk minuman berenergi yang sebagian produknya diduga mengandung nikotin
lebih dari batas yang diizinkan oleh Badan Pengawas Obat dan Minuman. Kita juga
masih ingat, obat anti-nyamuk Hit yang dilarang beredar karena mengandung bahan
berbahaya. Kalau mau didaftari satu demi satu, masih banyak lagi pelanggaran
hak-hak konsumen yang dilakukan oleh pelaku usaha. Selain itu, masih ada juga
pelanggaran etika di bidang ketenaga-kerjaan dan lingkungan.
B.
Arti Penting Etika Bisnis
Perilaku Etis penting
diperlukan untuk sukses jangka panjang dalam sebuah bisnis. Pentingnya etika
bisnis tersebut berlaku untuk kedua perspektif baik lingkup makro ataupun
mikro.
1.
Perspektif Makro
Pertumbuhan suatu
negara tergantung pada efektivitas dan efisiensi sistem pasar dalam
mengalokasikan barang dan jasa. Beberapa kondisi yang diperlukan supaya sistem
dapat bekerja secara efektif dan efisien adalah :
a.
Adanya hak memiliki dan mengelola
properti swasta
b.
Adanya kebebasan memilih dalam
perdagangan barang dan jasa
c.
Adanya ketersediaan informasi yang
akurat berkaitan dengan barang dan jasa
Jika salah satu
subsistem dalam sistem pasar ini melakukan perilaku yang tidak etis, maka hal
ini akan mempengaruhi keseimbangan sistem dan mengambat pertumbuhan sistem
secara makro. Contoh-contoh perilaku tidak etis pada perspektif makro adalah :
a.
Penyogokan atau suap : memberikan
sesuatu yang berharga dengan tujuan mempengaruhi tindakan seorang pejabat dalam
melaksanakan kewajiban publik. Suap dimaksudkan untuk memanipulasi seseorang
dengan membeli pengaruh. ‘Pembelian’ itu dapat dilakukan baik dengan
membayarkan sejumlah uang atau barang, maupun ‘pembayaran kembali’ setelah deal
terlaksana.
b.
Tindakan pemaksaan : Merupakan tekanan,
pembatasan, dorongan dengan paksa menggunakan jabatan atau ancaman untuk
memaksakan kehendak. Tindakan pemaksaan ini misalnya berupa ancaman untuk
mempersulit kenaikan jabatan, pemecatan, atau penolakan terhadap seseorang.
c.
Informasi palsu (Deceptive information)
: memberikan informasi yang tidak jujur untuk mengelabuhi atau menutupi sesuatu
yang tidak benar.
d.
Pencurian dan penggelapan : Tidak hanya
di bidang politik dan militer, di dalam bidang bisnis pun sudah ada kegiatan
spionase. Fei Ye, (37 th), and Ming Zhong, (36 th) ditangkap polisi Amerika
dengan tuduhan telah mencuri rancangan microchip dan rahasia perusahaan dari
perusahaan komputer Sun Microsystems Inc., NEC Electronics Corp., Transmeta
Corp. dan Trident Microsystems Inc. Mereka ditangkap di airport San Fransisco
saat akan terbang ke negeri Cina.
e.
Perlakukan diskriminatif : perlakuan
tidak adil atau penolakan terhadap orang-orang tertentu yang disebabkan oleh
ras, jenis kelamin, kewarganegaraan, atau agama.
2.
Perspektif Mikro
Dalam lingkup mikro
perilaku etis identik dengan kepercayaan atau trust. Dalam lingkup mikro
terdapat rantai relasi dimana pemasok (supplier), perusahaan, konsumen,
karyawan saling berhubungan dalam kegiatan bisnis yang saling mempengaruhi.
Tiap mata rantai di dalam relasi harus selalu menjaga etika sehingga
kepercayaan yang mendasari hubungan bisnis
dapat terjaga dengan baik.
Bagaimana perilaku etis
dapat berperan dalam menciptakan keberlangsungan usaha? Sebagian besar
perusahaan berusaha menciptakan adanya repetitive purchase (pembelian berulang)
yang dilakukan konsumen. Hal ini hanya dapat terjadi jika konsumen merasakan
kepuasan dalam mengkonsumsi produk tersebut.
Perilaku tidak etis
yang dilakukan oleh perusahaan dapat mencederai kepuasaan ini. Dalam kaitannya
dengan dalam relasi bisnis, setiap perusahaan ingin bekerja sama dengan
perusahaan yang dapat dipercaya. Kepercayaan ini ada di dalam reputasi
perusahaan yang tidak diciptakan dalam sekejap. Perilaku etis merupakan salah
satu komponen utama dalam membangun reputasi perusahaan.
Dalam hubungan dengan
pihak perbankan, banyak perbankan yang memasukkan komponen etika bisnis dalam mempertimbangkan
pengesahan permohonan kredit. Pihak perbankan lebih yakin dalam mengabulkan
pinjaman terhadap perusahaan yang telah melaksanakan prinsip-prinsip Corporate
Social Responsibility.
Dalam skala global,
telah merebak kesadaran baru bahwa selain memiliki hak-hak sebagai konsumen,
mereka juga memiliki kewajiban. Mereka menyadari bahwa perilaku konsumsi mereka
dapat berpengaruh terhadap ketidak-adilan dan kerusakan lingkungan. Itu
sebabnya, lapisan masyarakat yang terdidik mulai selektif di dalam mengkonsumsi
suatu barang atau jasa. Mereka tidak akan membeli barang yang diproduksi oleh
perusahaan yang membalak hutan. Mereka menolak produk dari pabrik yang tidak
memberi upah yang layak kepada buruhnya.
Sedangkan secara
internal, penerapan etika juga dapat meningkatkan kinerja dan loyalitas
karyawan terhadap perusahaan. Menurut penelitian Erni Rusyani (dosen Fak.
Ekonomi Unpas Bandung) perusahaan yang tidak perduli pada etika bisnis, maka
kelangsungan hidup perusahaan itu akan terganggu dan akan berdampak pula pada
kinerja keuangannya. Hal ini terjadi akibat pihak manajemen dan karyawan yang
cenderung mencari keuntungan semata sehingga terjadi penyimpangan norma-norma
etis. Segala kompetensi, keterampilan, keahlian, potensi, dan modal lainnya
ditujukan sepenuhnya untuk memenangkan kompetisi yang tidak sehat ini.
Di dalam tingkat
kompetisi yang sangat tinggi, perusahaan yang dapat bertahan adalah perusahaan
yang inovatif, proaktif, dan berani dalam mengambil risiko. Hal ini hanya dapat
terjadi jika perusahaan itu memiliki budaya kerja yang suportif. Salah satu
syaratnya adalah adanya etika perusahaan.
Referensi :
a. http://en.wikipedia.org
b. http://www.crimelibrary.com
c. http://www.crn.com
d. http://www.nofieiman.com
e. http://www.nofieiman.com
f. http://www.philiphumbert.com
g. http://www.pikiran-rakyat.com
h. http://www.pikiran-rakyat.com
i. http://www.republika.co.id
j. http://www.transparansi.or.id
k.http://purnawankristanto.multiply.com/journal/item/336/PERAN-ETIKA-BISNIS-DALAM?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem
Tidak ada komentar:
Posting Komentar