MENEGAKKAN ETIKA BISNIS
A. Pengertian Etika
Pengertian etika harus
dibedakan dengan etiket. Etiket berasal dari bahasa Prancis etiquette yang
berarti tata cara pergaulan yang baik antara sesama menusia. Sementara itu
etika, berasal dari bahasa Latin, berarti falsafah moral dan merupakan cara
hidup yang benar dilihat dari sudut budaya, susila, dan agama.
Berikut ini beberapa pendapat
para ahli tentang etika :
a.
Menurut Prof. Ir. Poedjawiyatna, Etika,
Filsafat Tingkah Laku : “Etika merupakan bagian dari filsafat. Sebagai ilmu,
etika mencari keterangan (benar) yang sedalam-dalamnya. Sebagai tugas tertentu
bagi etika, ia mencari ukuran baik-buruk bagi tingkah laku manusia”.
b.
Menurut Franz Magnis Suseno : “Etika
bukan suatu sumber tambahan bagi ajaran moral melainkan merupakan filsafat atau
pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan padangan-pandangan
moral”.
c.
Menurut A. Sonny Keraf : “Etika adalah
sebuah refleksi kritis dan rasional mengenai nilai dan norma moral yang
menentukan dan terwujud dalam sikap dan pola perilaku hidup manusia, baik
secara pribadi maupun sebagai kelompok”.
d.
Menurut Drs. Sudarsono : “Etika adalah
ilmu yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat
dipahami oleh pikiran manusia. Etika disebut pula akhlak dan disebut pula
moral”.
Dengan membaca
pendapat-pendapat di atas, kita mengetahui bahwa ada banyak pengertian tentang
etika. Yang penting bagi pelaku bisnis adalah bagaimana menempatkan etika pada
kedudukan yang pantas dalam kegiatan bisnis. Tugas pelaku bisnis adalah
berorientasi pada norma-norma moral. Dalam melaksanakan pekerjaannya
sehari-hari dia berusaha selalu berada dalam kerangka ‘etis’, yaitu tidak
merugikan siapa pun secara moral. Tolok ukur dalam etika bisnis adalah standar
moral. Seorang pengusaha yang beretika selalu mempertimbangkan standar moral
dalam mengambil keputusan.
Ada dua prinsip yang
dapat digunakan sebagai acuan dimensi etis dalam pengambilan keputusan yaitu :
1.
Prinsip Konsequentialis : Konsep etika
ini berfokus pada konsekuensi dari pengambilan keputusan yang dilakukan
seseorang. Ini artinya, penilaian apakah sebuah keputusan dapat dikatakan etis
atau tidak, itu tergantung pada konsekuensi (dampak) dari keputusan tersebut.
Misalnya, keputusan
mengalirkan lumpur panas ke laut. Penilaian etis atas keputusan ini diukur dari
dampaknya terhadap kerusakan lingkungan dan kerugian masyarakat.
2.
Prinsip Non-Konsekuentialis : Konsep
etika ini mendasarkan penilaian pada rangkaian peraturan yang digunakan sebagai
petunjuk atau panduan pengambilan keputusan. Penilaian etis lebih didasarkan
pada alasan, bukan pada akibatnya. Ada dua prinsip utama di dalam konsep ini,
yaitu :
a. Prinsip
Hak : Menjamin hak asasi manusia. Hak ini berhubungan dengan kewajiban untuk
tidak saling melanggar hak orang lain.
b. Prinsip
Keadilan : Keadilan biasanya terkait dengan isu hak, kejujuran,dan kesamaan.
Prinsip keadilan dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu :
i.
Keadilan distributif : Keadilan yang
sifatnya menyeimbangkan alokasi benefit dan beban antar anggota kelompok.
Benefit terdiri dari pendapatan, pekerjaan, kesejahteraan, pendidikan dan waktu
luang. Beban terdiri dari tugas kerja, pajak dan kewajiban sosial.
ii.
Keadilan retributif : Keadilan yang
terkait dengan retribution (ganti rugi) dan hukuman atas kesalahan tindakan.
Seseorang harus bertanggungjawab atas dampak negatif atas tindakan yang
dilakukannya (kecuali jika tindakan tersebut dilakukan atas paksaan pihak lain.
iii.
Keadilan kompensatoris : Keadilan yang
terkait dengan kompensasi bagi pihak yang dirugikan. Kompensasi yang diterima
dapat berupa perlakuan medis, pelayanan dan barang penebus kerugian. Masalah
terjadi apabila kompensasi tidak dapat menebus kerugian, misalnya kehilangan
nyawa manusia.
B. Prinsip Penerapan Etika Bisnis
Prinsip di dalam menerapkan
Etika Bisnis yang positif :
1.
Etika Bisnis itu dibangun berdasarkan
etika pribadi : Tidak ada perbedaan yang tegas antara etika bisnis dengan etika
pribadi. Kita dapat merumuskan etika bisnis berdasarkan moralitas dan
nilai-nilai yang kita yakini sebagai kebenaran.
2.
Etika Bisnis itu berdasarkan pada
fairness. Apakah kedua pihak yang melakukan negosiasi telah bertindak dengan
jujur? Apakah setiap konsumen diperlakukan dengan adil? Apakah setiap karyawan
diberi kesempatan yang sama? Jika ya, maka etika bisnis telah diterapkan.
3.
Etika Bisnis itu membutuhkan integritas.
Integritas merujuk pada keutuhan pribadi, kepercayaan dan konsistensi. Bisnis
yang etis memperlakukan orang dengan hormat, jujur dan berintegritas. Mereka
menepati janji dan melaksanakan komitmen.
4.
Etika Bisnis itu membutuhkan kejujuran.
Bukan jamannya lagi bagi perusahaan untuk mengelabuhi pihak lain dan
menyembunyikan cacat produk. Jaman sekarang adalah era kejujuran. Pengusaha
harus jujur mengakui keterbatasan yang dimiliki oleh produknya.
5.
Etika Bisnis itu harus dapat dipercayai.
Jika perusahaan Anda terbilang baru, sedang tergoncang atau mengalami kerugian,
maka secara etis Anda harus mengatakan dengan terbuka kepada klien atau
stake-holder Anda.
6.
Etika Bisnis itu membutuhkan perencanaan
bisnis. Sebuah perusahaan yang beretika dibangun di atas realitas sekarang,
visi atas masa depan dan perannya di dalam lingkungan. Etika bisnis tidak hidup
di dalam ruang hampa. Semakin jelas rencana sebuah perusahaan tentang
pertumbuhan, stabilitas, keuntungan dan pelayanan, maka semakin kuat komitmen
perusahaan tersebut terhadap praktik bisnis.
7.
Etika Bisnis itu diterapkan secara
internal dan eksternal. Bisnis yang beretika memperlakukan setiap konsumen dan
karyawannya dengan bermartabat dan adil. Etika juga diterapkan di dalam ruang
rapat direksi, ruang negosiasi, di dalam menepati janji, dalam memenuhi
kewajiban terhadap karyawan, buruh, pemasok, pemodal dan lain-lain. Singkatnya,
ruang lingkup etika bisnis itu universal.
8.
Etika Bisnis itu membutuhkan keuntungan.
Bisnis yang beretika adalah bisnis yang dikelola dengan baik, memiliki sistem
kendali internal dan bertumbuh. Etika adalah berkenaan dengan bagaimana kita
hidup pada saat ini dan mempersiapkan diri untuk masa depan. Bisnis yang tidak
punya rencana untuk menghasilkan keuntungan bukanlah perusahaan yang beretika.
9.
Etika Bisnis itu berdasarkan nilai.
Perusahaan yang beretika harus merumuskan standar nilai secara tertulis.
Rumusan ini bersifat spesifik, tetapi berlaku secara umum. Etika menyangkut
norma, nilai dan harapan yang ideal. Meski begitu, perumusannya harus jelas dan
dapat dilaksanakan dalam pekerjaan sehari-hari.
10.
Etika Bisnis itu dimulai dari pimpinan.
Ada pepatah, “Pembusukan ikan dimulai dari kepalanya.” Kepemimpinan sangat
berpengaruh terhadap corak lembaga. Perilaku seorang pemimpin yang beretika
akan menjadi teladan bagi anak buahnya.
Di dalam persaingan dunia usaha yang sangat ketat ini, etika bisnis merupakan
sebuah harga yang tidak dapat ditawar lagi. Seorang konsumen yang tidak puas,
rata-rata akan mengeluh kepada 16 orang di sekitarnya. Dalam zaman informasi
seperti ini, baik-buruknya sebuah dunia usaha dapat tersebar dengan cepat dan
massif. Memperlakukan karyawan, konsumen, pemasok, pemodal dan masyarakat umum
secara etis, adil dan jujur adalah satu-satunya cara supaya kita dapat bertahan
di dalam dunia bisnis sekarang.
Referensi :
a. http://en.wikipedia.org
a. http://en.wikipedia.org
b. http://www.crimelibrary.com
c. http://www.crn.com
d. http://www.nofieiman.com
e. http://www.nofieiman.com
f. http://www.philiphumbert.com
g. http://www.pikiran-rakyat.com
h. http://www.pikiran-rakyat.com
i. http://www.republika.co.id
j. http://www.transparansi.or.id
k.http://purnawankristanto.multiply.com/journal/item/336/PERAN-ETIKA-BISNIS-DALAM?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem
Tidak ada komentar:
Posting Komentar